oleh

Dewan Pembina PYC Himbau Diperlukan Upaya untuk Mengatasi Dampak Lingkungan yang Timbul Akibat Bisnis Migas

Jakarta – Dewan Pembina Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Luky Yusgiantoro mengatakan, diperlukan solusi tepat untuk mengatasi dampak lingkungan yang ditimbulkan bisnis migas. Solusi ini menjadi salah satu faktor penentu sukses atau tidaknya target pemerintah memproduksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD), pada tahun 2030 mendatang.

Tercapainya target produksi minyak 1 juta BOPD akan menekan impor minyak dari 1,1 juta BOPD menjadi 324.000 BOPD dan menghemat devisa dari 2021 hingga 2040 sebesar US$ 14,1 miliar per tahun.

“Tidak ada solusi tunggal untuk mewujudkan produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas 12 miliar BSCFD pada tahun 2030 mendatang. Solusi itu harus merupakan perpaduan dari menghindari emisi, pengurangan emisi, dan kompensasi emisi,” kata Luky saat memimpin sesi Oil and Gas (minyak dan gas) pada International Energy Conference 2021 bertema “The Enhancement of Energy Security for a Sustainable Future” yang diselenggarakan PYC secara daring.

Baca Juga  Gali Kembali Potensi Wisata, ASC dan Pemkot Cilegon Gelar Pesta Rakyat dan Lomba Mancing di Rawa Arum

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima pada Minggu (10/10/2021), sesi Oil and Gas secara spesifik membahas tentang “Mapping Out the Role of Oil & Gas Industry to Achieve a Sustainable Future” (Memetakan Peran Industri Migas untuk Mencapai Masa Depan Berkelanjutan).

Sebagai pembicara, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji, International Petroleum Industry Environmental Conservation Association (IPIECA) Inggris, Isabel Miranda, Shell’s Regional Head of Corporate Relations Asia Tenggara, Sahala Sianipar, dan Guru Besar pada Global Energy Law & Sustainability at the Centre for Energy, Petroleum and Mineral Law and Policy Universitas Dundee, Inggris Raphael J Heffron.

Baca Juga  Muzani: Jabatan Presiden Jadi Alat untuk Prabowo Perjuangkan Nasib Rakyat Kecil

Luky mengatakan, selama ini industri migas menjadi pemain terdepan di sektor energi global. Industri migas akan semakin baik posisinya apabila disinkronkan dengan tren transisi energi untuk meminimalisasi dampak lingkungan akibat perubahan iklim.

Di sisi lain, katanya, isu-isu di seputar sektor migas menjadi semakin menggelitik seiring perkembangan terkini di pasar migas, di mana harga gas di Eropa melambung tinggi, harga spot LNG meroket hingga 300%, dan harga minyak melayang di kisaran US$ 80 per barel.

Baca Juga  Lampung Jadi Provinsi Unggulan Penghasil Pisang

Pemerintah juga telah menetapkan target industri migas untuk memproduksi 1 juta BOEPD minyak dan 12 BSCFD gas bumi pada 2030.

“Pengembangan kapasitas hilir dan kebijakan distribusi satu harga untuk bensin menjadi target lain yang harus diselesaikan. Juga pengelolaan lingkungan harus diprioritaskan untuk mengurangi dampak kegiatan migas,” kata Luky. (*/cr2)

Sumber: beritasatu.com

News Feed